Rabu, 23 Juni 2010

Langkah Pemuda Membingkai Masa Depan Peradaban Indonesia

Konteks sejarah bangsa dalam dinamika perubahan dan konstruksi perubahan telah meniscayakan akan posisi dan peran strategis pemuda. Menapaki realitas kekinian pemuda diantara keprihatinan dan harapan kebangkitan, demikianlah gambaran sederhana dari wajah dunia kepemudaan kita. Peran strategis pemuda dan torehan sejarah yang bermakna dalam kehidupan berbangsa dalam pembangunan sosial, ekonomi, politik dan inovasi teknologi menjadi tak berarti apabila menyaksikan kenyataan pemuda hari ini. Menurut International Labor Organization terdapat 160 juta orang di dunia yang menganggur dan 40 persen diantaranya adalah pemuda. Dalam bidang pendidikan, terdapat 133 juta pemuda di dunia yang buta huruf dengan 1.738.000 di antaranya berada di Indonesia. Sekitar 238 juta pemuda hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan di bawah 1 dollar/hari, dan 462 juta pemuda hidup di bawah 2 dollar/hari.
Persoalan personal pemuda menjadi substansi kemajuan pemuda itu sendiri dan bangsa secara umum. Hal tersebut dapat dilihat dengan menurunnya pemahaman keagamaan, rendahnya rasa kebersamaan dan pudarnya nasionalisme, lemahnya kesadaran prinsip-prinsip kewarganegaraan, lemahnya imunitas terhadap godaan-godaan arus globalisasi yang tidak semuanya baik Sedangkan dalam perspektif kualitas sumber daya manusia, kondisi pemuda Indonesia sangatlah berbeda dengan masa dahulunya (kemerdekaan). Kenyataan adalah dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang menempati peringkat ke 110 dari 177 negara (Human Development Report, UNDP). Dimana indeks tersebut mengukur tiga dimensi, yaitu dimensi pendidikan (education index), dimensi kesehatan (life expectancy), dan dimensi ekonomi (GDP index).
Pemuda harus terus memacu semangat kemandirian bangsa, agar kita dapat berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Pemuda adalah potensi dan kader yang harus diberdayakan, dikembangkan dan dilindungi karena mengingat jumlah pemuda yang sangat banyak yaitu sekitar 37,8 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 80 juta dari 220 juta penduduk Indonesia. Pemuda memiliki nilai strategis karena pemuda merupakan agen perubahan (Agent of Change) dan calon pemimpin dan pakar (Iron Stock) serta pemuda juga merupakan sosok da'i karena pemuda harus mampu mengajarkan kepada hal-hal bersifat baik dan positif. Kalau pemuda ingin maju dan mempunyai nilai saing maka pemuda harus memiliki berbagai kecerdasan antara lain, kecerdasan Intelektual (Logika), kreativitas, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan motivasional.
Sejatinya pemuda memiliki potensi yang sangat besar yang dapat dijadikan modal dan aset dalam pengembangan dan kemajuan bangsa antara lain : pemuda memiliki pemikiran kritis dalam melihat kelemahan, dinamis dan kreatif, mampu mengadakan perubahan, memiliki fisik yang kuat, jumlah yang banyak, memiliki sifat yang optimis, dan semangat yang tinggi. Sebagai agen perubahan, kemajuan dan kehancuran bangsa terletak sepenuhnya ditangan pemuda. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak pemuda. Pemuda menjadi salah satu dan satu-satunya ujung tombak suatu bangsa. Pemuda diharapkan agar mencari nilai tambah atau nilai lebih, baik itu keterampilan maupun keahlian dalam hal apa saja yang dapat menagangkat harkat dan martabat pemuda.
Munculnya berbagai masalah sosial ekonomi, sosial budaya, sosial politik dan permasalahan lainnya seperti adanya trend degradasi budaya dikalangan pemuda, dimana modernisasi bergeser ke westernisasi. Adanya penetrasi nilai-nilai budaya asing, agama diterima secara acuh tak acuh, degradasi semangat kebangsaan, memudarnya spirit of the nation, melemahnya idealisme dan patriotisme serta meningkatnya pragmatisme dan hedonisme yang marasuk pemuda Indonesia mengakibatkan bangsa ini terpuruk dan tidak mampu bangkit dari keterpurukan tersebut. Bahwa manusia kalau ingin maju dia harus berubah "if you don't change, you'll die" , jika tidak berubah dia akan mati dan tergilas oleh perkembangan zaman dan akan tertinggal mengingat besarnya tantangan yang akan dihadapi, antara lain : zaman komunikasi yang serba instan, dunia tanpa batas-batas ekonomi, internasionalisasi tenaga kerja, perdagangan dan pembelajaran melalui internet dan masyarakat layanan baru.
Pemuda adalah masa depan bangsa yang harus sanggup menjawab tantangan zaman dan mampu meneruskan cita-cita pendahulunya. Kita semua sepakat, di tangan para pemudalah masa depan bangsa ditentukan. Karena itu, bangsa yang besar harus memastikan bahwa generasi mudanya sanggup menjawab tantangan zamannya, sanggup meneruskan capaian-capaian generasi sebelumnya. Bahkan, melebihinya. Pemuda harus menjadi pelaku aktif dan kritis guna mewujudkan Indonesia menjadi negara maju dan disegani negara lain. Pemuda mesti mempersiapkan diri dengan memperbanyak ilmu pengetahuan, memperkuat mental, fisik, serta menciptakan karakter kepribadian yang kuat agar dapat menjaga persatuan, kesatuan, dan martabat bangsa. eksistensi pemuda tidak hadir pada ruang yang kosong. Kiprah dan peran pemuda adalah produk interaksi dengan realitas dan tantangan faktual yang dihadapi masyarakatnya.
Para pemuda harus menjadi sosok historis yang mau dan mampu menjadi aktor perputaran kemajuan bangsa, guna melanjutkan etape-etape perjalanan bangsa yang telah dirintis oleh para pendahulu. Tentu dengan membekali diri secara cukup untuk mampu tampil sebagai sosok pemuda Indonesia masa kini. Pertama, menjadi generasi yang berkomitmen kepada rakyat, bangsa, dan negara. Pemuda adalah generasi yang tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi memikirkan dan memerankan tanggung jawab sebagai anak-anak rakyat dan putra-putra bangsa yang sejati. Peran dan tanggung jawab sosialnya tampak nyata dan dirasakan orang banyak. Kedua, menjadi generasi yang berkompeten. Tantangan dunia baru yang penuh dengan kompetisi hanya bisa dijawab dengan kompetensi: kemampuan dan kesanggupan untuk mendapatkan peran berdasarkan prestasi dan karya nyata. Para pemuda adalah generasi baru yang mampu menghadapi persaingan dengan bekal kemampuan pribadi yang cukup dan prestasi yang obyektif. Prestasi lebih menonjol ketimbang askripsi. Ketiga, menjadi generasi yang tetap menjunjung tinggi pluralisme. Para pemuda bukan saja tetap menyadari dan menghormati realitas keindonesian yang menjemuk dan penuh dengan kepelbagaian, tetapi bahkan makin sanggup untuk hidup dalam damai, harmoni, serta penuh dengan kerja sama dan kebersamaan.
PR terbesar pemuda sejatinya adalah tugas kini dan nanti. Pemuda yang hidup dalam nuansa pergolakan akan cenderung lebih kritis dibandingkan mereka yang hidup dalam zona kenyamanan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemuda yang hidup di masa sekarang. Bagaimanapun, kepribadian kuat pemuda terbentuk karena realitas yang mendukung mereka untuk melakukan transformasi sosial: tantangan dan tuntutan. Ketika eksistensi bangsa ini semakin rapuh, pemuda berkewajiban melakukan satu pembaruan. Permasalahan seperti korupsi, terorisme yang bahkan dilakukan oleh pemuda, kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, dan sederet daftar panjang permasalahan negeri membutuhkan sentuhan para pemuda yang kritis dengan sikap yang bisa dipertanggungjawabkan. Keadilan menjadi isu yang sejatinya diangkat oleh para pemuda, tanpa jebakan pragmatisme politik.
Mereka adalah agen pembaru sekaligus pemimpin masa depan. Singkatnya, pemuda haruslah melawan mitos sejarah karena tantangan yang dihadapi bangsa saat ini bukan lagi, masalah lokal, tapi juga global. Para pendahulu telah membuktikan bahwa mereka mampu melakukan gebrakan di tengah impitan. Ketika Jepang sudah terdesak karena gempuran bom Amerika Serikat, para pemuda melihat celah, kemudian mendesak Soekarno-Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Belajar dari sejarah, maka sifat kritis pemuda diperlukan untuk melihat peluang di tengah krisis, tidak lantas mengeluh dan bermental lembek. Selain itu, sinergi antara orang tua dan pemuda juga diperlukan agar kontrol sosial yang dilakukan para pemuda tetap proporsional dan dapat dipertanggungjawabkan, bukan sekadar luapan emosi yang terkadang menimbulkan anarkisme.
Sejarah telah membentuk citra pemuda sedemikian rupa, maka pemuda selayaknya bergerak agar jaya, bukan sekadar nostalgia. Pemuda merupakan generasi penerus, penanggung jawab dan pelaku pembangunan masa depan. Kekuatan bangsa di masa mendatang tercermin dari kualitas sumber daya pemuda saat ini. Untuk itu pemuda harus disiapkan dan diberdayakan agar mampu memiliki kualitas dan keunggulan daya saing guna menghadapi tuntutan, kebutuhan, serta tantangan dan persaingan di era global.(AS)

By : IPB Social Politic Center

Tidak ada komentar:

Posting Komentar